Senin, 31 Desember 2018

RADIO HF

PENGERTIAN HF
  • Komunikasi HF adalah komunikasi yang menggunakan getaran antara 3-30 Mhz dalam hal mengirim dan menerima informasi. Informasi ini dapata berupa suara dan kode-kode. Sistem komunikasi HF memungkinkan hubungan antara penerbang dengan fasilitas didarat. Sistem komunikasi HF memungkinkan cara yang terpercaya dalam mengirimkan dan menerima informasi penerbangan, instruksi pendaratan dan komunikasi suara. Pada pesawat terbang komersil biasanya membawa beberapa pemancar-pemancar (transceiver) untuk pembagian tugas dan fungsi. Sistem komunikasi HF memungkinkan berkomunikasi diluar batas line of sight
SISTEM KOMUNIKASI
  • Sistem komunikasi HF terdiri dari sebuah pemancar-penerima, sebuah antenna, antenna coupler, sebuah unit remote control , sebuah microphone dan sebuah speaker atau headset. Fasilitas didarat terdiri dari unit-unit yang sama tetapi berbeda dalam hal kekuatandayanya,effisiensinya dan bentuknya.
KOMPONEN HF
  • Komponen- komponen system komunikasi HF terdiri atas
      a. Transceiver.
      b. Antenna.
      c. Antenna coupler.
      d. Radio set Control.
      a. Transceiver.
      b. Antenna.
      c. Antenna coupler.
      d. Radio set Control.

Selasa, 18 Desember 2018

KOMUNIKASI PENERBANGAN

Dalam dunia penerbangan, komunikasi yang terjadi antara penerbang (pilot pesawat udara) dan petugas pengontrol di darat atau disebut pengatur lalu lintas penerbangan (Air Traffic Controller) dan juga antar petugas didarat menggunakan alat komunikasi yang terbagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu :
  • Peralatan komunikasi antar stasiun penerbangan (aeronautical fixed service/AFS)
  • Peralatan komunikasi lalu lintas penerbangan (aeronautical mobile service/AMS)
A. AFS (AERONAUTICAL FIXED SERVICE)
Komunikasi radio penerbangan tetap atau Aeronautical Fixed Service (AFS) adalalah hubungan komunikasi antara tempat-tempat yang tetap dan tertentu (point to point) Hubungan point to point ini diperlukan oleh unit-unit keselamatan penerbangan meliputi:
  1. Inter-area communication; yaitu hubungan antara pusat-pusat pengawasan lalu lintas penerbangan ACC(Area Control Centre) /FIC(Flight Information Display) /FSS(Flight Service Station) dengan ACC/FIC/FSS yang berbatasan.
  2. Intra-area communication; yaitu hubungan antara ACC/FIC/FSS dengan unit APP(Approach Control) /ADC(Aedromen Control) /AFIS(Aerodrome Flight Information Service) yang berada dalam daerahnya.
Dalam hubungan ini juga termasuk keperluan berita dari/antara kantor-kontor Meteo, Notam, dan dalam batas-batas tertentu antara kantor perusahaan penerbangan.
Jenis dan Sistem Komunikasi AFS :
  1. Printed Communication: yaitu berita penerbangan yang dipertukarkan dalam bentuk berita tertulis yang dicetak. Jenis ini dipergunakan pada komunikasi AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network).
  2. Speech (voice) Communication: yaitu pertukaran berita dilakukan secara langsung khusus untuk pertukaran informasi dan kordinasi dalam pengawasan lalu lintas penerbangan. Dipergunakan untuk keperluan unit-unit ATS (Air Traffic Services) direct speech serta fix voice communication coordination.

Fasilitas atau Peralatan AFS :
  1. AMSC (Automatic Message Switching Centre).
    AMSC merupakan Sarana komunikasi teleprinter antar unit-unit ATS (point to point) dengan memakai sistem transmisi satelit (VSAT),yang berfungsi sebagai pengontrol berita. AMSC merupakan suatu sistem pengatur penyaluran berita (message switching) berbasis komputer yang bekerja secara store dan forward artinya berita masuk ke AMSC disimpan lalu disalurkan sesuai dengan Address (alamat) yang dituju. fungsi yang dilakukan oleh AMSC adalah menerima berita, memproses berita, menyalurkan berita sesuai dengan prioritas yang ada serta memberikan respon terhadap berita khusus.
    Pemrosesan berita meliputi :
    • identifikasi berita
    • penyaringan berita (filtering message) sesuai dengan format yang dikenal
    • perbaikan berita yang menyimpang tapi masih dalam batas toleransi system
    • penyimpanan berita
    • pengalamatan berita
    • pemberian respon terhadap berita sesuai dengan aturan yang ada

  1. AMHS (Aeronautical Message Handling System).
    AMHS merupakan sistem di dalam ATN yang digunakan untuk menggantikan AFTN (suatu struktur jaringan hubungan komunikasi seluruh dunia yang ditetapkan berdasarkan ketentuan ICAO (Annex 10, Volume II)
  2. HF (High Frequency)
    HF (High Frequency) adalah radio komunikasi yang gelombangnya bekerja pada frekuensi 2 Mhz sampai 24 Mhz. Radio komunikasi ini biasanya dipergunkaan untuk berkomunikasi jarak jauh. Alasannya karena sifat gelombangnya yang dapat memantul dan tidak memiliki efek hambatan pada objek atau lawan komunikasi. Kemampuan frekuensi ini dapat memantul hingga lapisan ionosphere. Dan kelebihan lainnya adalah jika seorang komunikator menggunakan radio di frekuensi ini, jarak sejauh apapun dapat dijangkau. Namun radio komunikasi ini masih tergantung kepada keadaan cuaca atau propagasi yang ada.
    Sifat dan kerja radio komunikasi ini adalah pancaran gelombangnya dikirimkan terlebih dahulu melewati lapisan ionosphere dan kemudian memantulnya kembali ke bumi menuju stasiun tujuan. Untuk pancaran gelombang kedua yang terhambat oleh objek, akan memantul terus menerus sampai ke stasiun tujuan.
    Setiap stasiun pemancar dan penerima di darat dihubungkan ke pusat komunikasi/ operasi dengan perantara kabel atau radio link. Dari pusat komunikasi para operator mengirim dan menerima berita melalui peralatan teletype atau RTF console. Pada stasiun yang kecil dipergunakan pesawat transceiver untuk mengirim dan menerima berita. Peralatan HF digunakan untuk melakukan pertukaran berita penerbangan melalui suara (untuk koordinasi antar unit-unit ATS / Air Traffic Services).
  3. AFTN
    AFTN adalah suatu sistem jaringan yang digunakan untuk komunikasi data penerbangan antara satu bandara dengan bandara lainnya. komunikasi data penerbangan ini sangat penting karena berguna untuk mengirimkan jadwal penerbangan, berita cuaca, dan berita lain yang berhubungan dengan penerbangan.
    Dalam sistem AFTN di bandara menggunakan peralatan yang dinamakan AMSC (Automatic Message Switching Center) yaitu sistem komunikasi data penerbangan berbasis komputer. Setiap Bandara mempunyai alamat yang tidak sama dan terdiri dari 4 karakter Alfabet yang menunjukkan alamat bandara tersebut dan 3 karakter alfabet yang menunjukkan unit disuatu Bandara dan 1 karakter alfabet yang menunjukkan Filler. contoh :

    • Alamat unit Briefing Office Bandara Hasanuddin Makassar WAAAYOYX
      WAAA : Alamat AMSC Bandara Hasanuddin Makassar YOYX : Alamat Briefing Office Bandara Hasanuddin Makassar
    • Alamat Briefing Office Bandara Soekarno-Hatta Jakarta WIII YOYX
      WIII : Alamat AMSC Bandara Soekarno-Hatta Jakarta YOYX : Alamat Briefing Office Bandara Soekarno-Hatta Jakarta

Jenis berita AFTN
Ada 7 jenis berita (message) yang berlaku pada sistem AMSC yaitu:
    • Normal Message
      yaitu berita dari pemakai yang harus disalurkan ke alamat tujuannya. terdapat dua macam format berita, yaitu ITA-2 dan IA-5
    • Service Message
      yaitu berita yang dihasilkan oleh sistem AMSC dikarenakan kesalahan yang terdeteksi oleh sistem dari suatu berita yang masuk. service message ini akan dikirimkan ke stasiun pengirim dan ke posisi supervision & correction terminal.
    • Outstation Command
      yaitu berita yang dialamatkan ke sistem dan berisi perintah yang akan dilaksanakan oleh sistem secara otomatis.
    • Priodic Message
      yaitu berita yang dihasilkan oleh sistem amsc secara periodik. jenis berita ini terdiri atas 2 macam yaitu Channel Continuity check dan Midnight check. Channel Check untuk menjamin bahwa saluran tetap terhubung baik (tidak putus), maka stasiun luar akan menerima sebuah "channel Continuity Check Message" dengan standar interval tertentu.
    • Test Message
      yaitu berita yang dihasilkan oleh sistem AMSC untuk tujuan test pada suatu saluran yang dikehendaki.
    • Acknowledgement Message
      Seluruh sinyal Anknowledgement yang dibangkitkan oleh sistem akan dicetak pada saluran "Reject Intercept Position" acknowledgement message, yang menjadi indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik ada dua macam sinyal Anknowledgement yang dihasilkan yaitu :
      • SS Message Acknowledgement
      • Out Station Command Acknowledgement
    • Duplicate Message
      Pada saat sistem melaksanakan instruksi retrieval dan mengirimkan berita-berita yang diminta, maka secara otomatis sistem akan meng-copy-nya pada "Reject Intercept Position/Correction" Address AFTN Indonesia
Format Berita AFTN terdiri dari :
    • Heading
    • Address
    • Origin
    • Text/isi berita
    • Ending

  1. VSAT (Very Small Aperture Terminal).
    VSAT merupakan Yaitu Fasilitas transmisi dimana pemancar dan penerimanya pada frekuensi yang berbeda sehingga komunikasi dapat berlangsung secara full duplex dengan menggunakan media satelit. VSAT merupakan suatu perangkat transceiver satelit yang berukuran kecil unuk komunikasi data, suara dan fax yang handal antara beberapa site-disebut dengan earth station yang tersebar secara geografis. kata-kata "very small" pada akronim VSAT Kerugian VSAT
    • Delay, sekitar 250 ms on single hop yaitu cara kerja VSAT pada dasarnya dilakukan melalui dua kali pancaran, dari VSAT ke Hub Station dan dari Hub Station ke VSAT yang dituju. untuk satu kali pancaran dibutuhkan waktu 0,25 detik,karena dua kali pancaran maka waktu yang dibutuhkan menjadi 0,5 detik sehingga dalam komunikasi terdpat delay inheren kurang lebih 5 detik.
    • Fading, sinyal satelite mengalami pelemahan karena cuaca buruk maupun kabut
    • Interference,jaringan yang beroperasi pada C-band rentan terhadap interferensi dari sinyal-sinyal microwave terrestrial.

Keuntungan VSAT
    • Cost-effective
    • Mudah dalam instalasi
    • Manajement jaringan tersentralisasi
    • Satelite dapat men-cover daerah yang sangat luas meliputi daerah luar maupun yang terpencil (nasional, regional maupun international)
    • mendukung kecepatan data yang tinggi
    • dapat terhubung dengan jaringan lain termasuk PSTN, dan cellular telephone system.

Minggu, 02 Desember 2018

RADAR MSSR

PRINSIP-PRINSIP
SECONDARY SURVEILLANCE RADAR

A.   Pendahuluan
Secondary Surveillance Radar (SSR) sama seperti Primary Surveillance Radar (PSR) menggunakan antenna terarah untuk mendeteksi posisi target, namun SSR memerlukan partisipasi aktif dari target untuk mengidentifikasi dan mengetahui posisinya. Target bertugas menjawab pertanyaan dua pertanyaan yaitu “Siapa kamu ?” dan “Pada level berapa lokasimu ?”. Hal ini tentunya memerlukan peralatan penerima (receiver) di pesawat yang berupa decoder dan responder yang disebut Transponder.
Oleh karena kedua pertanyaan tersebut berbeda, maka interrogator di pemancar (transmitter) akan memformulasikannya secara terpisah yang disebut “MODE”. Begitupula dengan transponder di pesawat akan membedakannya dan merespon tergantung kode yang diterima dan selanjutnya receiver di darat akan mendekodekan respon yang dideteksi.
Di dalam fungsinya sebagai alat pemantau udara, SSR akan memberikan informasi yang akurat kepada pemandu lalu lintas udara berupa : 
1.    Jarak (Range) adalah jarak sebuah obyek dari stasiun radar dalam Nautical Mile (NM).
2.    Arah (Azimuth)  adalah merupakan sudut dari titik utara ke arah obyek yang pengukurannya searah dengan arah jarum jam dalam satuan derajat.
3.    Identifikasi (kode) pesawat untuk membedakan pesawat udara yang satu dengan yang lainnya biasanya dimulai dengan huruf A dan diikuti dengan empat angka.
4.    Ketinggian sebuah pesawat dengan permukaan air laut dengan satuan ukurannya dalam Feet (Radar Secondary).
5.    Pada keadaan darurat, akan terlihat kode khusus yang telah dimengerti oleh petugas pemandu lalu lintas udara. Kesemua informasi ini akan didapatkan pada layar pantau radar yang dapat memberikan informasi di sekeliling antena dengan radius yang sesuai dengan kemampuan jangkauan pemancar radar.  

Informasi jarak didapat dari pengukuran waktu saat sinyal interrogasi dikirim dari stasiun radar sampai sinyal jawaban diterima oleh stasiun radar, seperti gambar berikut ini :



Gambar 2.1. Prinsip Kerja SSR

Dengan rumus sederhana berikut dapat dihitung jarak suatu obyek dari stasiun radar.

Range =  / 12,36 µs/Nm


Di mana :
R    = Jarak
c     = Cepat rambat gelombang elektromagnetik di udara
t1     = Waktu yang diperlukan bagi sinyal interogasi dikirim dari stasiun radar sampai ke obyek
t2     = Waktu yang diperlukan bagi sinyal jawaban dikirim dari obyek sampai ke stasiun radar

 Informasi azimuth didapat dari pengukuran terhadap posisi antenna yang menerima sinyal jawaban dari antena. Seiring dengan perputaran radar dibangkitkan dua buah sinyal yang disebut north signal dan increment signal yang disebut juga dengan Azimuth Reference Pulse (ARP) dan Azimuth Count Pulse (ACP). Berikut ini penjelasan tentang kedua sinyal tersebut :
-       North signal (ARP) adalah suatu sinyal yang pada prinsipnya akan dibangkitkan satu kali setiap satu kali putaran antena (360°) yang dalam penyetelannya diatur sedemikian rupa agar north signal muncul tepat pada saat antena radar menghadap arah utara atau nol derajat.
-       Increment signal (ACP) adalah sinyal yang dibangkitkan sebanyak 4096 untuk SSR versi lama dan sebanyak 16384 untuk SSR versi baru, untuk setiap satu putaran antena radar yang selanjutnya akan dipakai untuk data input pada rangkaian penghitung sudut yang dimulai dari titik utara. Jadi pada prinsipnya increment dan north signal saling berkaitan dalam perhitungan azimuth.

Pada SSR yang menghasilkan pulsa increment signal sebanyak 4096 dalam satu putaran antena maka untuk satu pulsa increment signal akan mewakili 360° ÷ 4096 = 0,08789°. Sedangkan pada SSR yang menghasilkan increment signal 16384 dalam satu putaran antena, maka untuk satu pulsa increment signal akan mewakili 360° ÷ 16384 = 0,02197°. Sebagai misal untuk arah timur (90°) akan diwakili oleh 90° ÷ 0,02197° = 4096 (ACP),   

Informasi identifikasi (kode pesawat) dan ketinggian di dapat dari sinyal jawaban yang dikirim oleh pesawat. Sistem deteksi SSR dilakukan dengan mengirimkan sinyal interogasi ke obyek yang disebut dengan “Interrogation Mode” dan selanjutnya melalui suatu peralatan yang disebut transponder akan dijawab oleh obyek tersebut yang disebut dengan “Reply Code”.
Menurut Annex 10 volume IV frekuensi pembawa (Carrier Frequency) untuk interrogation mode adalah 1030 MHz, sedangkan frekuensi pembawa untuk reply code dari adalah 1090 MHz dengan toleransi 0,2 MHz. Ketentuan-ketentuan tentang interrogation mode dan reply code secara terperinci dijabarkan dalam Annex 10 volume IV